Pada umumnya anak SD berumur sekitar 6/7—12 tahun. Menurut Piaget
(dalam Hudoyo, 1988: 45), anak seumur ini berada pada periode operasi
konkret. Periode ini disebut operasi konkret sebab berpikir logiknya
didasarkan pada manipulasi fisik objek-objek konkret. Anak yang masih
berada pada periode ini untuk berpikir abstrak masih membutuhkan bantuan memanipulasi
obyek-obyek konkret atau pengalaman- pengalaman yang langsung
dialaminya. Dalam belajar, menurut Piaget, struktur kognitif yang dimiliki
seseorang terjadi karena proses asimilasi dan akomodasi. Asimilasi
adalah proses mendapatkan informasi dan pengalaman baru yang langsung
menyatu dengan struktur mental yang sudah dimiliki seseorang. Adapun
akomodasi adalah proses menstruktur kembali mental sebagai akibat adanya
informasi dan pengalaman baru (Hudoyo, 1988: 47).
Jadi belajar tidak hanya menerima informasi dan pengalaman
lama yang dimiliki anak didik untuk mengakomodasikan informasi dan
pengalaman baru. Oleh karena itu, yang perlu diperhatikan pada tahap
operasi konkret adalah pembelajaran yang didasarkan pada benda-benda
konkret agar mempermudah anak didik dalam memahami konsep-konsep
matematika. Misalnya untuk memahami suatu konsep matematika, anak
memerlukan bantuan memanipulasi benda-benda konkret yang relevan sebagai
pengalaman langsung. Contoh untuk memahami konsep penjumlahan bilangan
cacah 3 + 4 anak perlu mengalami menggabungkan kelompok 3 benda dengan
kelompok 4 benda menjadi satu kelompok baru (gambar 14).
Dapat juga
dengan melakukan permainan berlagu ular naga panjangnya atau naik kereta
api.
Menurut Piaget, perkembangan belajar matematika anak melalui 4 tahap
yaitu tahap konkret, semi konkret semi abstrak, dan abstrak. Pada tahap
konkret, kegiatan yang dilakukan anak adalah untuk mendapatkan pengalaman
langsung atau memanipulasi objek-objek konkret. Pada tahap semi konkret
sudah tidak perlu memanipulasi objek-objek konkret lagi seperti pada tahap
konkret, tetapi cukup dengan gambaran dari objek yang dimaksud. Kegiatan
yang dilakukan anak pada tahap semi abstrak memanipulasi/melihat tanda sebagai ganti gambar untuk dapat berpikir abstrak. Sedangkan pada tahap abstrak anak sudah mampu berpikir secara abstrak dengan melihat lambang/simbol atau membaca/mendengar secara verbal tanpa kaitan dengan objek-objek konkret. Untuk lebih jelasnya, perhatikan contoh 4 tahap anak dalam memahami bilangan 3 (tiga) berikut: Pada tahap konkret: misal anak melihat pertunjukan tari balet dengan penari sebanyak 3 orang untuk dapat memahami bilangan 3. Pada tahap semi konkret: dengan melihat gambar 3 orang penari anak mampu memahami bilangan 3. Pada tahap semi abstrak: dengan melihat
3 tanda (misalnya noktah), anak mampu memahami bilangan 3 , ada tahap abstrak: dengan melihatangka 3 atau mendengar “tiga”, anak sudah mampu memahami bilangan 3.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar