Apa persamaan antara mendidik dan memasak makanan atau membangun
rumah? Dilihat dari suatu sisi, persamaan itu banyak. Secara umum di
masing-masing kegiatan itu ada input, proses, dan produk. Dalam memasak
makanan, inputnya adalah bahan mentah (sayur, daging, beras) yang
kemudian diproses (dimasak) sehingga menghasilkan produk (makanan yang
enak dimakan). Dalam membangun rumah, inputnya adalah bahan bangunan
(pasir, batu bata, dsb.) yang kemudian diproses (dicampur dan dibangun)
sehingga menghasilkan produk (rumah yang indah). Dalam mendidik,
inputnya adalah peserta didik yang belum terdidik, yang kemudian
diproses (dilatih, dididik, diajar) sehingga menjadi produk (lulusan
yang berpendidikan dengan kualitas tinggi).
Secara rinci, masing-masing kegiatan itu mempunyai:
Secara rinci, masing-masing kegiatan itu mempunyai:
1. Tujuan yang spesifik;
2. Didasarkan pada suatu rencana;
3. Memerlukan alat untuk memproses;
4. Memerlukan tempat memproses;
5. Proses pelaksanaan rencana dilakukan oleh orang yang terlatih;
6. Dievaluasi sebelum disajikan sebagai produk yang siap dimanfaatkan.
Dalam memasak makanan, tujuan itu adalah menghasilkan makanan yang
enak dimakan. Secara spesifik, tujuan itu bisa berupa bakso, soto ayam,
atau gado-gado. Dalam membangun rumah atau gedung, tujuan itu adalah
menghasilkan rumah atau gedung yang enak dihuni. Secara spesifik,
tujuan itu bisa berupa rumah mungil, rumah gadang, apartemen, gedung
pertemuan. Dalam mendidik, tujuan itu adalah menghasilkan lulusan yang
bermutu tinggi dan bermanfaat bagi masyarakat. Secara spesifik, tujuan
itu bisa berupa lulusan yang lancar berbahasa Arab, hafal Qur’an, ahli
di bidang matematika, ahli di bidang pesawat terbang, atau dokter.
Dalam masing-masing kegiatan, tujuan menempati posisi yang amat
penting. Tujuan ini akan menentukan rencana yang harus dibuat, proses,
dan peralatan yang diperlukan. Sebagai contoh, cara membuat dan alat
untuk membuat bakso tentu saja berbeda dari cara membuat dan alat untuk
membuat gado-gado. Demikian pula, cara dan peralatan untuk membuat
rumah gedung tentu berbeda dari cara dan peralatan untuk membuat rumah
dari kayu. Cara dan peralatan yang diperlukan untuk mendidik seorang
sarjana teknik tentu berbeda dari cara dan peralatan yang diperlukan
untuk mendidik ahli sastra atau ahli fiqh.
Dalam kegiatan
membuat makanan, rencana atau prosedur itu disebut resep. Dalam
pembuatan rumah atau gedung, rencana itu disebut sebagai blue-print.
Dan, dalam kegiatan mendidik, rencana itu disebut sebagai kurikulum,
silabus, atau rencana pelajaran. Seperti dikatakan di atas, bentuk
rencana ini amat ditentukan oleh tujuan yang ingin dicapai. Tanpa
tujuan yang jelas dan spesifik, sulit kiranya untuk membuat rencana yang
tepat.
Dalam rencana kegiatan ini biasanya disebutkan bahan
(input) apa yang dibutuhkan, berapa jumlahnya, bagaimana spesifikasinya,
kondisi idealnya, dsb. Juga disebutkan bagaimana memproses input
tersebut sehingga menjadi produk yang diharapkan, serta peralatan apa
yang digunakan dan bagaimana cara menggunakannya. Kejelasan rencana ini
penting terutama kalau rencana itu harus dilaksanakan oleh orang lain
(bukan pembuat rencana atau desainer). Apalagi kalau yang melaksanakan
itu orang banyak, seperti halnya di restoran besar, proyek perumahan,
atau di perguruan tinggi/sekolah.
Setelah rencana dibuat,
maka ditentukan peralatan apa yang diperlukan untuk melaksanakan rencana
tersebut. Dalam kegiatan masak-memasak, peralatan ini bisa berupa
kompor, alat penggoreng, panci, dlsb. Dalam kegiatan membuat rumah,
peralatan ini bisa berupa bulldozer, cangkul, sekop, dlsb. Dalam
kegiatan belajar mengajar, peralatan ini bisa berupa komputer, papan
tulis, meja belajar, dlsb.
Di samping peralatan, diperlukan
juga tempat untuk melakukan kegiatan tersebut. Dalam kegiatan memasak,
tempat kegiatan itu biasanya adalah dapur. Dalam pembangunan rumah atau
gedung, tempat kegiatan ini bisa berupa lahan tempat gedung itu akan
dibangun. Dalam kegiatan pendidikan, tempat kegiatan itu biasanya
disebut kampus atau sekolah.
Setelah peralatan dan tempat
kegiatan itu ditentukan dan diperoleh, maka ditentukan siapa yang harus
melaksanakan rencana tersebut. Dalam proses memasak, pelaksana rencana
tersebut biasanya adalah tukang masak. Di restoran yang besar, tukang
masak ini jumlahnya bisa besar dan dibagi menjadi beberapa bagian sesuai
fungsinya. Ada yang bagian memotong daging, menggoreng, mencampur
bumbu, sampai ke bagian menguji kesempurnaan makanan (tukang cicip).
Dalam kegiatan pembangunan gedung atau rumah, pelaksana rencana ini
adalah para tukang. Ada tukang kayu, tukang besi, tukang tembok, tukang
cat, dsb. Demikian juga dalam dunia pendidikan. Para pelaksana
rencana ini biasanya disebut guru, dosen, atau pelatih dengan keahlian
masing-masing.
Di restoran besar, para tukang masak ini
biasanya dikordinasi oleh seorang Koki Kepala. Dialah yang bertanggung
jawab atas kualitas makanan yang dihasilkan oleh para tukang masak itu.
Dalam pembangunan gedung yang besar, kordinasi terhadap para tukang ini
biasanya dilakukan oleh seorang Kepala Proyek. Dialah yang bertanggung
jawab atas selesainya proyek tepat pada waktunya, sesuai dengan rencana
(blue print) yang telah disepakati, dan dengan kualitas yang telah
disepakati pula. Di dunia pendidikan, fungsi kordinasi ini dipegang
oleh Kepala Sekolah, Rektor, Dekan, atau Ketua Jurusan (sesuai tingkatan
tanggung jawab masing-masing). Dialah yang bertanggung jawab atas
selesainya pendidikan siswa/mahasiswa tepat waktu, sesuai dengan
kurikulum (rencana pendidikan) yang telah disepakati, dan dengan
kualitas lulusan yang telah disepakati di sekolah, jurusan, fakultas,
atau universitas tersebut.
Yang tak kalah pentingnya adalah
evaluasi. Evaluasi adalah alat kontrol kualitas berdasarkan standar
kualitas yang telah ditetapkan sebelumnya. Evaluasi produk ini penting
terutama kalau makanan, rumah/gedung, dan jasa pendidikan itu ingin
dijual ke masyarakat. Dalam proses masak memasak, evaluasi ini
dilakukan dengan cara mencicipi masakan. Dalam pembangunan
gedung/rumah, evaluasi ini dilakukan dengan cara menguji kekuatan
bangunan tersebut. Dalam bidang pendidikan, evaluasi ini dilakukan
melalui ujian akhir sebelum lulus.
Kualitas produk akan
sangat ditentukan apakah komponen-komponen tersebut berkualitas baik
atau tidak. Apabila salah satu komponen tersebut tidak berkualitas
baik, kemungkinan kualitas produknya tidak akan sebaik yang diharapkan.
Misalnya rencana yang tidak bagus akan sulit untuk menghasilkan produk
yang bagus. Tetapi, rencana yang bagus dan berkualitas belum tentu
menghasilkan produk yang bagus kalau proses pelaksanaannya, tenaga
pelaksananya, peralatannya, ataupun cara mengevaluasinya atau orang yang
mengevaluasinya tidak bagus kualitasnya. Semua komponen itu
berinteraksi saling mempengaruhi dalam suatu sistem.
Kepala
sekolah, ketua jurusan, dekan, ataupun rektor adalah ibarat kepala
proyek atau kepala Koki yang bertanggung jawab atas kualitas produk
tersebut. Tugas utama mereka adalah untuk memastikan setiap komponen
tersebut berkualitas baik sehingga dapat menghasilkan produk yang
berkualitas baik pula.
Sumber http://pendidikanislam.net
Tidak ada komentar:
Posting Komentar