Tentu
saja sangat tidak mengenakkan mendengar anak-anak serempak berteriak,
“Boseeen!” Pernahkah Anda mengalaminya? Bersyukurlah kalau belum. Saya
pernah mengalaminya. Tapi saya juga bersyukur. Bagi saya, ungkapan
seperti itu tidak menjadikan diri mundur, tidak membuat semangat surut.
Justru saya merasa perlu terus maju dan semakin terpacu. Saya
senang. Paling tidak anak-anak berani mengungkapkan perasaannya. Ini
berarti bahwa mereka mengetahui apa yang dirasakan. Lalu, biasanya, saya
tanya, “Maunya ngapain?” Ah! Saat itulah semua anak bicara. Bisa jadi
kelas jadi ribut, riuh rendah. Saya merasa tidak perlu marah dan
berteriak, “Diam!” Mengapa tidak tersenyum saja? Bukankah kita
ingin anak-anak berani bicara, mengeluarkan pendapat? So, saya pun
mencoba merasa gembira. Tapi tidak cukup hanya itu. Banyaknya pendapat
menuntut sebuah pengaturan lalu lintas suara dengan baik. Semua
berbicara, semua mendengar, semua peduli, dan semua menghargai.
Sebagai sebuah kegiatan yang kompleks, belajar melibatkan perasaan dan
emosi, belajar dipengaruhi banyak hal. Termasuk merasa bosan. Bisa jadi
anak-anak merasa bosan karena kegiatan belajarnya monoton, begitu-begitu
saja. Atau bosan karena kurang tantangan. Nah, disinilah serunya.
Momentum ‘bosen’ adalah peringatan dini untuk mawas diri. Ada apa
dengan cara mengajar kita? Sudah cukup menantangkah kegiatan yang kita
rencanakan? Guru yang baik tentu saja selalu mengadakan perubahan. Saya
ingin jadi guru yang baik. Jadi, saya melakukan perubahan.
Perubahan tidak perlu harus radikal, saya rasa. Memulai dari perubahan
kecil adalah sebuah langkah besar. Aktivitas belajar yang dimodifikasi
dibeberapa bagian sudah merupakan perubahan. Kemudian kita ubah bagian
lainnya,begitu seterusnya. Akhirnya kita akan mendapatkan banyak variasi
dari satu tipe aktivitas belajar. Langkah paling awal saat
mendapat ‘serangan bosen’ dari anak adalah bersikap tenang. Tidak perlu
panik. Kepanikan bisa terbaca jelas oleh anak. Walaupun sakit dan pahit,
tetaplah tersenyum. Kemudian bersantailah. Ajak anak melakukan sesuatu
yang fun, sambil mencari kegiatan alternatif yang menarik.
Merespon dengan kemarahan atau rasa jengkel juga tidak diperlukan. Hal
tersebut malah bisa kontradiktif dengan tujuan pembelajaran. Santai
saja. Jadi, jangan takut bila anak berkata, “Boseeen!”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar